BUKAN
Ini bukan seperti yang terkira. Rasa sakit itu muncul memang ketika harapan juga kembali datang. Harapan memang bisa membuat setiap orang kembali hidup, namun juga mati. Tak ada yang salah dari harapan itu, hanya perspektif kita yang salah.
Bukan. Bukan seperti itu.
Iya. Memang begitu.
Kadangkala kita butuh pembenaran disaat hati meronta. Egoisme menjalar, dan argumen berputar. Seolah alunan musik menjadi rap yang berkata tanpa ketukan.
“Dia yang salah”. Kata yang sebenarnya tak menghilangkan rasa kesal juga sedih. Hanya sementara, butuh pembenaran, kemudian akan kembali masalah yang serupa.
Pada akhirnya, setiap yang bukan kembali pada diri sendiri. Bagaimana aliran darah terus mengalir, jika diri tak memberi nutrisi yang semestinya? Bagaimana diri bisa kembali baik jika tidak diberi nasihat yang semestinya?
Hanya saja malam ini, bukan dia yang membuatku sakit, tapi dia telah merobek kembali luka itu, bukan hanya satu, melainkan semuanya. Apa dia yang merobeknya? Atau aku yang mengundangnya? Bukan.
Komentar
Posting Komentar