A Thousand Steps π
Aku teringat, dimana saat aku baru keluar dari penjara suci itu. Harapanku terlalu tinggi. Hingga lupa bahwa segalanya telah diatur.
Jalan yang aku tepakki saat ini adalah impian terdalamku. Memang. Namun, ada impian lain yang benar-benar membuatku buta.
Setelah menonton film itu, aku tersadar akan banyak hal. Sampai aku merekomendasikannya kepada adik-adikku kala itu. Salut. Aku membayangkan kelak, aku akan menjadi sosok yang sepertinya. Mendidik anak luar biasa. Dengan kesabaran juga kecerdasan sehingga sang anak menciptakan banyak karya dan mendobrak pintu perbedaan.
Berharap dengan harapan tinggi bisa masuk di institusi ternama. Dengan alasan : Institusi terbaik dalam metode dan fasilitas. Padahal aku saja belum pernah merasakan duduk di kursi itu.
Aku terlalu munafik. Sudah jelas Allah menegurku bahwa itu bukan tempat terbaik. Tapi aku tetap saja memilih disana dengan cara yang lain. Dan benar saja. Aku tertampar disana.
Dukungan yang aku butuhkan terasa hangus disana. Kupikir akan diarahkan bagaimana baiknya. Tapi sayang, aku sudah dewasa. Harus memutar otak sendiri.
What should i do?
Hei!
Allah bukan hanya menegurku, tapi Allah juga memberikan jalannya. Kemana tujuanku setelah itu?
Sampailah aku disana. Tak asing memang. Beberapa kali aku datang di kota itu. Kota kembang yang mendengar namanya saja sudah terasa sejuk dihati.
Hummm...
Jadi rindu dengan itu.
Ya.. Mereka,
Bukan!
Tetapi, ketika aku menggunakan waktu di angkutan umum untuk tidur.
Juga berkumpul dengan orang" yang luar biasa.
Ga sabarr, cepet lanjukan!!!
BalasHapus