THE HABITS
Kebiasaan.
Apa yang kita lihat dan dengar.
Sedikit berbagi pengalaman.
Saat itu aku hendak pergi kajian bersama temanku. Hari itu kami sudah atur tempat untuk bertemu terlebih dahulu. Tentunya kami menggunakan kendaraan masing-masing.
Kajian dimulai setelah maghrib. Aku memutuskan pergi sekitar pukul 5 sore. Dengan pakaian serba hitam dan rapih, aku bergegas mengendarai motor, khawatir temanku sudah menunggu. Tak lupa juga berdo'a dan pamit dengan mamah sebelum berangkat.
Saat diperjalanan, aku merasa biasa saja. Sampai akhirnya, dari jauh aku melihat motor lawan arahku yang jalannya menyerong ke arahku. Firasat buruk datang kala itu. Aku rasa akan ada hal buruk terjadi. Dan benar saja.
Braaakkk! atau Duaaaarr! atau bagaimanapun suara tabrakan saat itu yang benar benar jelas di telingaku.
Aku ditabrak olehnya. Mati rasa. Kali ini bukan hanya diserempet. Tapi di tabrak.
Tepat dibelakangku juga ada mobil. Alhamdulillahnya mobil itu berhenti. Jalan macet akibat kecelakaan itu.
Hal pertama yang aku lakukan adalah menutup mata.
Takut.
Entah kenapa.
Baru pertama kali aku merasakan kecelakaan seperti itu.
Dalam keadaan ringkuk, aku terheran. Rasa-rasa seperti ingin mati. Karena memang mati rasa.
Aku mendengar teriakan banyak orang. Dan salah seorang bapak-bapak menghampiriku, juga panik. Aku mencoba membuka mata. Dan meminta tolong pada bapak itu untuk mengangkatku. Karena aku sudah tidak sanggup. Mau menggerakkan badan pun aku takut. Bapak itu akhirnya mencoba mengangkatku. Aku melihat motorku jauh terpental. Aku berusaha memejamkan mata lagi. Sakit. Aku terus berteriak.
"Astagfirullah.."
Berulang-ulang kuucap itu.
Tiba-tiba saja aku teringat. Beberapa hari sebelum kejadian itu, aku menonton video salah seorang ustad di instagram tentang sakaratul maut. Beliau memberi tau disana, bahwa jika ada salah seorang sednag menghadapi sakaratul maut, sebisa mungkin kita membisikkan padanya kalimat
"Laa ilaaha illa Allah" atau kalimat syahadat. Jangan kata yang lain. Jika mayit sudah mengucapkannya, jangan ucapkan kata apapun lagi. Karna itu akan menjadi saksi akhirnya.
Sesegera mungkin aku mengucapkannya.
"Laa ilaaha illa Allah"
Aku merintih. Jujur, aku tak tau bagaimana rasanya sakaratul maut. Tapi yang aku rasakan saat iru seperti mau mati.
Aku juga sempat terpikir disana. Sebelum berangkat aku sudah membaca do'a atau belum?
Aku terus mengingat-ingat.
Hingga akhirnya aku di tempatkan sementara di pos satpam lokasi kecelakaanku bersama dengan yang menabrakku juga.
Saat itu aku terlentang di lantai, karena dikhawatirkan ada tulang punggung yang patah. Sebab keadaanku jatuh saat itu meringkuk. Aku masih menutup mata. Para warga ramai. Tangan kananku sakit sekali. Tak kuat untuk menggerakannya. Terlihat dengan pakaian tertutup, dan kebetulan yang menolong hampir semua laki-laki, mereka tak ada yang berani untuk memeriksaku. Hingga akhirnya mereka memanggil salah seorang ibu dekat sana untuk menyentuh bagian sakitku.
Saat ditanya, "Bagian mana neng yang sakit?" aku selalu menjawab "Semuaaaa". Ibu itu menyuruhku membuka mata. Dan akhirnya kupaksakan. Dan saat membuka mata, ternyata yang menabrakku duduk diatas kursi. Kulihat wajahnya berdarah-darah. Juga beberapa bagian tubuhnya yang luka.
Dan disitu aku baru sadar. Wajahku tak ada yang luka sedikitpun. Tak ada yang berbaret sama sekali.
Barulah disitu aku ingat. Bahwa sebelum berangkat, aku sudah membaca do'a.
Allah telah melindungiku. Aku bersyukur kala itu.
Dan saat di rumah sakitpun, tak ada bagian yang parah. Hanya pergelangan tanganku saja yang mengalami sedikit pergeseran.
Maasyaa Allah.
Benar-benar aku bersyukur 1000x lipat.
Ada 2 hikmah yang aku ambil disana,
1. Apa yang aku dengar dan aku lihat menjadi pengingatku ketika aku akan mati, walaupun keadaan saat itu aku belum benar-benar sakaratul maut, itu hanya level 1nya bahkan.
2. Berdo'a sebelum melakukan segala sesuatu. Walaupun terjadi kecelakaan itu, tapi lihatlah, Allah tak memberikanku luka seberat orang yang menabrakku. Juga posisi saat aku jatuh, helm yang aku gunakan rusak. Mental jauh. Tapi Allah melindungiku.
Maasyaa Allah.
Jadi, kebiasaan yang kita lakukan akan mempengaruhi hidup kita sendiri. Melihat hal-hal yang baik, menebar hal-hal yang baik, akan menjadi peneman setia kita hingga maut. Juga media sosial yang kita miliki, gunakan dan ikutilah hal-hal yang baik. Sebisa mungkin jadikan media sosial kita adalah ladang amal baik, jangan menjadi ladang dosa. Saring lagi mana yang pantas untuk diikuti dan yang tidak pantas. Dan do'a. Ingat juga. Do'a yang sering kali kita anggap sepele adalah penolong terbesar kita. Terlebih do'a sehari-hari. Seperti do'a masuk kamar mandi, do'a mau tidur, do'a mau makan atau yang lainnya. Padahal disana ada wujud tak bernyawa, yang memberikan ribuan berkah.
Semoga kebaikan selalu teriringi untuk kita semua,
Selamat berpuasa :)
Semangat mengejar 10 malam terakhir Ramadhan! Bisa jadi ini Ramadhan terakhir untuk kita,
maka jangan sia-siakan waktu yang sangat berharga ini. :)
Apa yang kita lihat dan dengar.
Sedikit berbagi pengalaman.
Saat itu aku hendak pergi kajian bersama temanku. Hari itu kami sudah atur tempat untuk bertemu terlebih dahulu. Tentunya kami menggunakan kendaraan masing-masing.
Kajian dimulai setelah maghrib. Aku memutuskan pergi sekitar pukul 5 sore. Dengan pakaian serba hitam dan rapih, aku bergegas mengendarai motor, khawatir temanku sudah menunggu. Tak lupa juga berdo'a dan pamit dengan mamah sebelum berangkat.
Saat diperjalanan, aku merasa biasa saja. Sampai akhirnya, dari jauh aku melihat motor lawan arahku yang jalannya menyerong ke arahku. Firasat buruk datang kala itu. Aku rasa akan ada hal buruk terjadi. Dan benar saja.
Braaakkk! atau Duaaaarr! atau bagaimanapun suara tabrakan saat itu yang benar benar jelas di telingaku.
Aku ditabrak olehnya. Mati rasa. Kali ini bukan hanya diserempet. Tapi di tabrak.
Tepat dibelakangku juga ada mobil. Alhamdulillahnya mobil itu berhenti. Jalan macet akibat kecelakaan itu.
Hal pertama yang aku lakukan adalah menutup mata.
Takut.
Entah kenapa.
Baru pertama kali aku merasakan kecelakaan seperti itu.
Dalam keadaan ringkuk, aku terheran. Rasa-rasa seperti ingin mati. Karena memang mati rasa.
Aku mendengar teriakan banyak orang. Dan salah seorang bapak-bapak menghampiriku, juga panik. Aku mencoba membuka mata. Dan meminta tolong pada bapak itu untuk mengangkatku. Karena aku sudah tidak sanggup. Mau menggerakkan badan pun aku takut. Bapak itu akhirnya mencoba mengangkatku. Aku melihat motorku jauh terpental. Aku berusaha memejamkan mata lagi. Sakit. Aku terus berteriak.
"Astagfirullah.."
Berulang-ulang kuucap itu.
Tiba-tiba saja aku teringat. Beberapa hari sebelum kejadian itu, aku menonton video salah seorang ustad di instagram tentang sakaratul maut. Beliau memberi tau disana, bahwa jika ada salah seorang sednag menghadapi sakaratul maut, sebisa mungkin kita membisikkan padanya kalimat
"Laa ilaaha illa Allah" atau kalimat syahadat. Jangan kata yang lain. Jika mayit sudah mengucapkannya, jangan ucapkan kata apapun lagi. Karna itu akan menjadi saksi akhirnya.
Sesegera mungkin aku mengucapkannya.
"Laa ilaaha illa Allah"
Aku merintih. Jujur, aku tak tau bagaimana rasanya sakaratul maut. Tapi yang aku rasakan saat iru seperti mau mati.
Aku juga sempat terpikir disana. Sebelum berangkat aku sudah membaca do'a atau belum?
Aku terus mengingat-ingat.
Hingga akhirnya aku di tempatkan sementara di pos satpam lokasi kecelakaanku bersama dengan yang menabrakku juga.
Saat itu aku terlentang di lantai, karena dikhawatirkan ada tulang punggung yang patah. Sebab keadaanku jatuh saat itu meringkuk. Aku masih menutup mata. Para warga ramai. Tangan kananku sakit sekali. Tak kuat untuk menggerakannya. Terlihat dengan pakaian tertutup, dan kebetulan yang menolong hampir semua laki-laki, mereka tak ada yang berani untuk memeriksaku. Hingga akhirnya mereka memanggil salah seorang ibu dekat sana untuk menyentuh bagian sakitku.
Saat ditanya, "Bagian mana neng yang sakit?" aku selalu menjawab "Semuaaaa". Ibu itu menyuruhku membuka mata. Dan akhirnya kupaksakan. Dan saat membuka mata, ternyata yang menabrakku duduk diatas kursi. Kulihat wajahnya berdarah-darah. Juga beberapa bagian tubuhnya yang luka.
Dan disitu aku baru sadar. Wajahku tak ada yang luka sedikitpun. Tak ada yang berbaret sama sekali.
Barulah disitu aku ingat. Bahwa sebelum berangkat, aku sudah membaca do'a.
Allah telah melindungiku. Aku bersyukur kala itu.
Dan saat di rumah sakitpun, tak ada bagian yang parah. Hanya pergelangan tanganku saja yang mengalami sedikit pergeseran.
Maasyaa Allah.
Benar-benar aku bersyukur 1000x lipat.
Ada 2 hikmah yang aku ambil disana,
1. Apa yang aku dengar dan aku lihat menjadi pengingatku ketika aku akan mati, walaupun keadaan saat itu aku belum benar-benar sakaratul maut, itu hanya level 1nya bahkan.
2. Berdo'a sebelum melakukan segala sesuatu. Walaupun terjadi kecelakaan itu, tapi lihatlah, Allah tak memberikanku luka seberat orang yang menabrakku. Juga posisi saat aku jatuh, helm yang aku gunakan rusak. Mental jauh. Tapi Allah melindungiku.
Maasyaa Allah.
Jadi, kebiasaan yang kita lakukan akan mempengaruhi hidup kita sendiri. Melihat hal-hal yang baik, menebar hal-hal yang baik, akan menjadi peneman setia kita hingga maut. Juga media sosial yang kita miliki, gunakan dan ikutilah hal-hal yang baik. Sebisa mungkin jadikan media sosial kita adalah ladang amal baik, jangan menjadi ladang dosa. Saring lagi mana yang pantas untuk diikuti dan yang tidak pantas. Dan do'a. Ingat juga. Do'a yang sering kali kita anggap sepele adalah penolong terbesar kita. Terlebih do'a sehari-hari. Seperti do'a masuk kamar mandi, do'a mau tidur, do'a mau makan atau yang lainnya. Padahal disana ada wujud tak bernyawa, yang memberikan ribuan berkah.
Semoga kebaikan selalu teriringi untuk kita semua,
Selamat berpuasa :)
Semangat mengejar 10 malam terakhir Ramadhan! Bisa jadi ini Ramadhan terakhir untuk kita,
maka jangan sia-siakan waktu yang sangat berharga ini. :)
Komentar
Posting Komentar